A.
Pengertian komet
Komet adalah benda langit yang
mengelilingi matahari
dengan garis edar berbentuk lonjong atau parabolis
atau hiperbolis. Kata
"komet" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "rambut panjang".Istilah
lainnya adalah bintang berekor yang tidak tidak tepat karena komet sama
sekali bukan bintang.
Orang Jawa menyebutnya sebagai lintang kemukus karena memiliki ekor
seperti buah kemukus yang
telah dikeringkan.
Komet terbentuk dari es dan debu.
Komet terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membeku pada saat berada jauh dari Matahari.[1] Ketika mendekati Matahari, sebagian bahan
penyusun komet menguap
membentuk kepala gas dan ekor. Komet
juga mengelilingi Matahari, sehingga termasuk dalam sistem tata surya. Komet merupakan gas pijar dengan garis edar yang berbeda-beda.
Panjang "ekor" komet dapat mencapai jutaan km. Beberapa komet menempuh jarak lebih
jauh di luar angkasa
daripada planet. Beberapa komet membutuhkan ribuan tahun untuk menyelesaikan satu kali mengorbit Matahari.
B.
Bagian-bagian komet
Bagian-bagian komet terdiri dari inti, koma, awan
hidrogen, dan ekor. Bagian-bagian komet sebagai berikut :
.
1. Inti, merupakan bahan yang sangat
padat, diameternya mencapai beberapa kilometer, dan terbentuk dari penguapan
bahan-bahan es penyusun komet, yang kemudian berubah menjadi gas. (Inti komet adalah
sebongkah batu dan salju.).
Inti komet
adalah sebongkah
batu dan salju.Ekor komet
arahnya selalu menjauh dari Matahari.Bagian ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas.Bentuk ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk
lurus.Koma atau ekor komet tercipta saat mendekati Matahari yaitu ketika
sebagian inti meleleh menjadi gas. Angin
Matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga menyerupai asap yang mengepul ke
arah belakang kepala komet.Ekor inilah yang terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada yang dua atau lebih.
2. Koma, merupakan daerah kabut atau
daerah yang mirip tabir di sekeliling inti.
3.
Lapisan hidrogen, yaitu lapisan yang menyelubungi
koma, tidak tampak oleh mata manusia. Diameter awan hidrogen sekitar 20 juta
kilometer.
4.
Ekor, yaitu gas bercahaya yang terjadi ketika komet
lewat di dekat matahari. Ekor komet arahnya selalu menjauh dari matahari. Bagian
ekor suatu komet terdiri dari dua macam, yaitu ekor debu dan ekor gas. Bentuk
ekor debu tampak berbentuk lengkungan, sedangkan ekor gas berbentuk lurus. Koma
atau ekor komet tercipta saat mendekati matahari yaitu ketika sebagian inti
meleleh menjadi gas. Angin matahari kemudian meniup gas tersebut sehingga
menyerupai asap yang mengepul ke arah belakang kepala komet. Ekor inilah yang
terlihat bersinar dari bumi. Sebuah komet kadang mempunyai satu ekor dan ada
yang dua atau lebih.
C.
Jenis-jenis komet
Berdasarkan bentuk dan panjang lintasannya, komet
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1)
Komet berekor panjang, yaitu komet dengan garis
lintasannya sangat jauh melalui daerah-daerah yang sangat dingin di angkasa
sehingga berkesempatan menyerap gas-gas daerah yang dilaluinya. Ketika
mendekati matahari, komet tersebut melepaskan gas sehingga membentuk koma dan
ekor yang sangat panjang. Contohnya, komet Kohoutek yang melintas dekat
matahari setiap 75.000 tahun sekali dan komet Halley setiap 76 tahun sekali.
2)
Komet berekor pendek, yaitu komet dengan garis
lintasannya sangat pendek sehingga kurang memiliki kesempatan untuk menyerap
gas di daerah yang dilaluinya. Ketika mendekati matahari, komet tersebut
melepaskan gas yang sangat sedikit sehingga hanya membentuk koma dan ekor yang
sangat pendek bahkan hampir tidak berekor. Contohnya komet Encke yang melintas
mendekati matahari setiap 3,3 tahun sekali.
Teleskop
luar angkasa Hubble milik NASA berhasil mengambil gambar yang menakjubkan dari komet
Ison. Komet ini disebut-sebut sebagai salah satu komet yang terlihat paling
terang di sistem Tata Surya tahun ini.
Teleskop
Hubble berhasil menangkap gambar komet Ison pada tanggal 10 April 2013. Pada
saat itu, komet Ison memiliki jarak 621 juta kilometer dari Matahari dan 394
juta kilometer dari Bumi.
Para
astronom terkejut dengan sosok misterius komet Ison, karena tingkat
keterangannya hampir sama dengan bulan purnama. Tak cuma itu, komet Ison juga
diprediksi bakal membuat hujan meteor di langit Bumi tahun
2014.
Seperti
diketahui, dilansir Space, 26 April 2013, komet Ison akan mendekati
Matahari pada akhir November 2013. Komet itu akan memuntahkan partikel debunya
ke Matahari, tapi tekanan sinar Matahari akan membuat partikel debu jatuh ke
Bumi.
Dari
hasil gambar yang diambil teleskop Hubble, komet Ison telah cukup aktif untuk
memuntahkan debu. Ekornya yang berisi partikel debu memiliki lebar 5.000
kilometer dan panjang 92.000 kilometer.
"Tapi,
yang sangat mengherankan adalah inti dari komet Ison hanya berukuran sekitar
4,8 dan 6,5 kilometer," kata Jian Yang Li, Planetary Science Institute di
Tucson, Arizona, AS.
Penampakan komet ison
Jian Yang
Li menduga, inti komet itu yang memungkinkan Ison mengelilingi Matahari dan
akan mencapai jarak terdekat dengan Bumi, yaitu sekitar 1,2 juta kilometer pada
28 November 2013.
"Ini
adalah kali pertama komet Ison melakukan perjalanan di sistem Tata Surya. Komet
Ison menyediakan kesempatan langka bagi para astronom untuk mempelajari
terbentuknya komet di sistem Tata Surya," kata Jian Yang Li.
Komet Ison pertama kali ditemukan oleh astronom amatir asal Rusia bernama Vitali Nevski dan Artyom Novichonok pada September 2012.
Komet Ison pertama kali ditemukan oleh astronom amatir asal Rusia bernama Vitali Nevski dan Artyom Novichonok pada September 2012.
Nama Ison
merupakan singkatan dari International Scientific Optical Network, yaitu
teleskop yang digunakan saat menemukan komet Ison. (umi)
D.
Nama-nama Komet
Sekarang
telah dikenal banyak nama komet, antara lain sebagai berikut.
a. Komet Kohoutek.
b. Komen Arend-Roland dan Maikos
yang muncul pada tahun 1957.
c.
Komet
Ikeya-Seki, ditemukan pada bulan September 1965 oleh dua astronom Jepang, yaitu
Ikeya dan T. Seki.
d. Komet Shoemaker-Levy 9 yang
hancur pada tahun 1994.
e. Komet Hyakutake yang muncul pada
tahun 1996.
f. Komet Hale-bopp yang muncul pada
tahun 1997.
E. Dinamika
orbit komet
Telah
dikaji pengaruh nongravitasional pada gerak komet. Terbentuknya ekor komet
ketika mendekati matahari berakibat kometkehilangan massanya secara terus
menerus sehingga massa komet berkurang. Oleh karena itu, massa komet dapat
dipandangsebagai fungsi waktu. Dalampenelitian ini, dipelajari dinamika orbit
komet disebabkan komet kehilangan massa karenaterbentuknya ekor. Terdapat tiga
asumsi peninjauan gerak komet tersebut. Pertama, komet dianggap berbentuk bola.
Kedua,komet dianggap berputar dengan cukup cepat sehingga mendapatkan radiasi
matahari secara merata.
Para
astronom telah menemukan sumber kosmik baru untuk jenis yang sama dengan air
yang hadir di bumi miliaran tahun yang lalu dan menciptakan lautan. Temuan ini
mungkin membantu menjelaskan bagaimana permukaan bumi akhirnya diliputi dengan
air.
Pengukuran
terbaru dari Herschel Space Observatory menunjukkan bahwa komet Hartley 2, yang berasal dari Sabuk
Kuiper yang jauh, mengandung air dengan tanda alam kimiawi yang sama seperti
lautan di bumi. Wilayah yang terpencil di tata surya ini, sekitar 30 hingga 50
kali lipat jaraknya antara bumi dan matahari, merupakan rumah bagi objek-objek
es, berbatu termasuk Pluto, planet-planet kerdil lainnya dan komet-komet yang
tak terhitung jumlahnya.
“Hasil
studi kami dengan Herschel menunjukkan bahwa komet bisa memainkan peran utama
dalam menghantarkan sejumlah besar air ke bumi awal,” kata Dariusz Lis, rekan
penelitian senior dalam fisika di Institut Teknologi California di Pasadena dan
penulis pendamping makalah dalam jurnal Nature, yang dipublikasikan
secara online 5 Oktober. “Temuan ini secara substansial memperluas
penampungan air seperti-laut bumi di dalam sistem surya untuk saat ini termasuk
objek-objek es yang berasal dari Sabuk Kuiper.”
Para ilmuwan berteori bahwa bumi mulai memanas
dan kering, sehingga air yang penting bagi kehidupan pasti telah dihantarkan
jutaan tahun kemudian oleh tumbukan asteroid dan komet. Hingga saat ini, tidak
ada komet yang sebelumnya dipelajari mengandung air seperti yang ada di bumi.
Namun, pengamatan Herschel terhadap Hartley 2, melihat secara dalam keberadaan
air pada sebuah komet dari Sabuk Kuiper.
Herschel mengintip ke dalam atmosfer gas koma,
atau tipis, pada komet. Koma berkembang seiring bahan beku di dalam komet menguap
selagi mendekati matahari. Amplop bersinar ini mengelilingi inti komet dan
aliran di belakang objek dalam karakteristik ekor.
Herschel mendeteksi tanda air yang menguap
dalam koma ini dan, yang mengejutkan para ilmuwan, Hartley 2 ternyata
mengandung “air berat” sebanyak setengah dari komet-komet lainnya. Pada air
berat tersebut, salah satu dari dua atom hidrogen normal telah digantikan
dengan isotop hidrogen berat yang dikenal sebagai deuterium. Rasio
antara air berat dan ringan, atau biasa, pada Hartley 2 adalah sama dengan air
di permukaan bumi. Jumlah air berat pada komet ini terkait dengan lingkungan di
mana komet terbentuk.
Dengan melacak jalur Hartley 2, para astronom
tahu bahwa komet itu berasal dari Sabuk Kuiper. Lima komet selain Hartley 2 yang
berasio air-berat-ke-reguler telah diketahui berasal dari area yang bahkan
lebih jauh lagi dalam sistem tata surya yang disebut Awan Oort. Segerombolan
objek ini, 10.000 kali lipat lebih jauh dari Sabuk Kuiper, merupakan mata air
bagi komet-komet yang paling banyak didokumentasikan.
Mengingat rasio air berat lebih tinggi pada
komet Awan Oort dibandingkan dengan lautan di bumi, para astronom menyimpulkan
bahwa kontribusi oleh komet pada volume total air di bumi berada pada sekitar
10 persen. Asteroid, yang kebanyakan ditemukan pada sebuah gerombolan antara
Mars dan Jupiter, namun terkadang menyasar ke bumi, tampaknya merupakan para
deposan besar. Bagaimanapun juga, hasil studi baru menunjuk bahwa komet Sabuk
Kuiperlah yang telah melakukan layanan menghantarkan air, yang sebelumnya
kurang dijadikan perhatian.
Dengan
menggunakan Herschel Space Observatory, para astronom telah menemukan bahwa
komet Hartley 2 memiliki rasio "air berat" terhadap air ringan, atau
normal, yang sesuai dengan apa yang ditemukan di lautan bumi. (Kredit:
NASA/JPL-Caltech
Bagaimana benda-benda ini bisa
memiliki air masih merupakan teka-teki. Para astronom memperkirakan komet Sabuk
Kuiper memiliki air bahkan lebih berat daripada komet Awan Oort karena kemudian
diperkirakan telah terbentuk lebih dekat ke matahari daripada yang yang ada di
dalam Sabuk Kuiper. Dengan demikian, tubuh Awan Oort pastilah memiliki lebih
sedikit air berat beku yang terkunci di dalamnya sebelum mereka menyembur ke
pinggiran seiring berevolusinya sistem surya.
“Studi kami menunjukkan bahwa
pemahaman kita terhadap distribusi unsur-unsur paling ringan dan isotop mereka,
serta dinamika tata surya awal, masih tidak lengkap,” kata penulis pendamping,
Geoffrey Blake, profesor ilmu planet dan kimia di Caltech. “Dalam sistem awal
tata surya, komet dan asteroid pasti telah bergerak di seluruh tempat, dan
tampaknya beberapa dari mereka mendarat di planet kita dan membuat lautan
kita.”
F. Tabrakan
komet membentuk kehidupan
Gelombang kejut
bisa memaksa asam amino membentuk senyawa kimia. apakah mungkin?
Tabrakan
sekilas pada planet bisa menciptakan kondisi sempurna di inti es komet untuk
membentuk asam amino – molekul yang vital dalam membentuk kehidupan.
Teori
kompresi-kejut untuk membentuk asam amino ini dibuat oleh Nir Goldman dan
rekan-rekannya dari Lawrence Livermore National Laboratory di
Livermore, California. Yang terjadi adalah para ilmuwan ini ingin mengetahui
peristiwa kimia apakah yang mungkin telah terjadi di butiran es yang
terperangkap di dalam komet yang telah menabrak sebuah planet
Untuk
itu dibuat simulasi selama sekitar 1 juta jam dengan menggunakan gugus komputer
Atlas di Lawrence Livermore untuk mengetahui proses kimia apa yang terjadi dalam
sebutir es selama terjadinya tabrakan. Tujuan utamanya sebenarnya untuk mencari
asam amino, yang menjadi ciri dari kemungkinan adanya kehidupan.
Teori
yang ada sebelumnya menyatakan bahwa asam amino di Bumi diperkirakan datang
bersama serangan halilintar pada sup purba yang berisikan molekul sederhana
atau penyinaran ultraviolet dari butiran debu antar bintang. Akan tetapi tidak
ada satupun dari teori ini yang bisa dipastikan.
Simulasi
yang dilakukan Goldman menyertakan 210 molekul yang terdiri dari campuran air,
metanol, amonia, karbon dioksida, dan karbon monoksida.
Tabrakan
Pertama
Saat
komet menabrak sebuah planet, maka gelombang kejut akan menjalar dan kemudian
berhenti tiba-tiba. Menurut Goldman, kejadian ini justru memampatkan komet dan
gelombang pemampatan akan menjalar melalui komet lebih cepat dari kecepatan
suara. Akibatnya, molekul di dalam akan mengalami cacat dan ikatan yang ada juga
jadi rusak.
Pemodelan
yang dikerjakan Goldman dibuat berdasarkan model tabrakan yang dialami komet
yang melaju dengan kecepatan 29 km/detik. Jadi mereka mencoba mensimulasikan
seperti apa tabrakan yang terjadi dan kemungkinan terbentuknya asam amino di dalam
es pada inti komet. Tabrakan yang dimodelkan ini haruslah merupakan tabrakan
dari arah samping dengan sudut yang tepat dan bukan tabrakan frontal, karena
tabrakan frontal justru akan menghancurkan keseluruhan komet.
Untuk
bisa mengetahui proses kimia yang terjadi di dalam es, para ilmuwan menggunakan
simulasi teori fungsi kerapatan, suatu perlakuan mekanik dari elektron di
molekul. Pada model ini, jika elektron di sekitar atom mendekat pada jarak
tertentu dengan atom lainnya maka akan terbentuk suatu ikatan.
Aliran
kejut untuk pemampatan paling lemah yang diterapkan Goldman dan rekan-rekannya
memiliki tekanan 10 gigapascal dengan temperatur mencapai 700K. Pada kondisi
ini butiran tersebut jadi mengalami pemampatan 40%. Pada butiran ini, molekul
ikatan karbon-nitrogen juga terbentuk, dan di dalamnya terdapat molekul yang
tidak stabil bernama carbamide. Kondisi ini merupakan petunjuk adanya
kemungkinan proses pembentukan asam amino.
Pada
kondisi seperti ini segalanya jadi reaktif dan mungkin. Dengan adanya potongan
molekul yang memiliki ikatan C-N, maka jika ditambahkan leih banyak karbon ke
dalamnya akan didapat asam amino kompleks.
Dalam
simulasi lanjutan dengan tekanan dan temperatur yang lebih tinggi, para ilmuwan
bisa melihat lebih banyak proses kimiawi. Pada akhirnya para ilmuwan ini
memfokuskan diri pada simulasi 47 gigapascal dengan temperatur 3141 K khususnya
untuk tabrakan pertama selama 20 picodetik. Pada kondisi ini terlihat lebih
banyak molekul kompleks yang terbentuk, termasuk di dalamnya molekul dengan
ikatan karbon-nitrogen.
Setelah
tabrakan pertama, komet yang mengalami pemampatan jadi lebih santai, mengendur,
tenang dan mengembang. Inilah yang terjadi pada tahap lanjutan yang coba direka
ulang dalam simulasi tahap lanjut. Setelah 50 picodetik relaksasi, tampak 5
tipe molekul dengan ikatan karbon-nitrogen termasuk didalamnya hidrogen sianida
dan lebih banyak carbamide. Juga terdapat ion hidronium -air ditambah ion
hidrogen. Yang lebih menarik lagi tampak komponen organik asam amino sederhana dengan
karbon dioksida berada bersama ion hidronium.
Goldman
sendiri yakin kalau komponen organik tersebut terbentuk pada saat terjadinya
tabrakan, meskipun simulasinya terlalu kompleks untuk bisa melihatnya secara
keseluruhan proses demi proses. Komponen organik / karbon dioksida kompleks
tersebut akan bereaksi secara spontan dengan ion hidronium untuk memproduksi
komponen organik, air dan karbon dioksida.
Hasil
simulasi yang dikerjakan Goldman dan rekan-rekannya merupakan sbeuah tahap awal
untuk menunjukan kalau tabrakan sesaat dapat membentuk proses kimiawi menarik
di dalam sebuah komet yang bisa jadi membawa manusia utnuk memahami pembentukan
asam amino yang menjadi ciri keberadaan kehidupan.
Menurut
Murthy Gudipati, ahli es antarbintang di NASA Jet Propulsion Laboratory,
Pasadena, California, menyatakan pekerjaan tersebut masih merupakan sebuah
teori. Untuk itu diperlukan kalkulasi lanjutan yang dapat memperlihatkan
probabilitas kejadian terbentuknya asam amino yang benar-benar terjadi.
Simulasi Goldman merupakan salah satu eksperimen yang sudah dibuat, namun
perjalanan tentu masih panjang untuk tiba pada kesimpulan akhir.
Bahwa
materi pembentuk asam amino ada di dalam komet, sudah diketahui sejak lama dan
percobaan lainnya juga sudah menunjukkan kalau radiasi bisa memicu terjadinya
pembentukan asam amino pada es komet. Namun ini bukan satu-satunya proses yang
perlu dipertimbangkan. Komet yang mengarah ke Bumi juga bisa jadi sudah
bermuatan molekul prebiotik.
infonya menambah wawasan kak makasih
BalasHapuscara bayar tokopedia di alfamart
Casino no deposit bonus codes 2021 - GoyangFC
BalasHapusCasino No Deposit 엠비 션 주소 Bonuses 2021 speckdigital.com - Find out why we are very happy with the casino no deposit bonus codes. The first thing 크롬사이트번역 you will notice is that all 코드 벳 you have to do is 22 bet